Tentang Desa Bahagia
SEJARAH DESA BAHAGIA
Berawal dari sebuah desa di pedalaman Kalimantan Barat, pada th 2020 akhir, muslim minoritas di antara sekian banyak non muslim yang mengelilingi desa ini. Desa Mengkiyang, dimana terdapat 882 jiwa atau 287 KK yang mendiaminya. Selama bertahun-tahun desa yang tidak dijamah oleh hangatnya ruh Al Quran dan indahnya berjamaah dalam beribadah. Desa ini merindukan kehadiran khalifah ataupun gerakan dakwah. Masjid yang menjadi angker karena sudah matinya kehidupan agama didalamnya, kenakalan anak dan remaja semakin meningkat, ekonomi warga yang tak tentu, pemerataan pendidikan agama yang tidak lagi ada. Hingga, Masuknya Pondok Tahfidz MillenialAshqaf dan Maryam College yang diusung program – programnya oleh KH Luthfan Khibar A’lam, menjadi air mata baru bagi desa ini.
Dengan program awal Tabligh Akbar yang diadakan di masjid Desa, dengan serangkaian program keumatan yang diantaranya PasarMurah bagi warga desa dan Makan Berami program makan-makan bersama seluruh warga desa tanpa terkecuali dan terkotak-kotakkan. Kegiatan ini seperti menghadirkan hangatnya mentari yang kembali menyinari desa ini.
Harapan dan asa yang menguat, menjadikan seluruh warga desa sangat sepakat dan mendukung kemajuan kesejahteraan desa mereka, dengan program dari Pondok dan Baitulmaal kami. Perlahan namun pasti, hadirnya kader dari Pondok Tahfidz Millenial Ashqaf dan Maryam College, menghidupkan kembali masjid yang mati menjadi cahaya bagi desa. Program untuk menggerakkan para warga kembali ke masjid melaksanakan sholat 5 waktu mereka, menambah jumlah shaf barisan jamaah. Program MIM (Maghrib Isya Mengaji) yang rutin diadakan bada sholat wajib Maghrib hingga Isya. Mulai dari anak-anak, hingga orang tua dan Kakek Nenek, semua sangat antusias menyambut cahaya dan masa depan baru bagi desa mereka.
Kesepian masjid sekarang menjadi berkah tak ternilai, wakaf tanah untuk difungsikan sebagai pondok Tahfidz pun sangat menambah harapan baru akan nasib pendidikan agama bagi anak cucu mereka. 1 tahun lebih pembangunan pondok ini hingga berdiri dan mulai difungsikan. Dukungan dari para warga untuk bergotong royong menginfaqkan , mensedakahkan,mewakafkan harta mereka, tenaga dan pikiran mereka. Penuh peluh dan pengorbanan dalam prosesnya, tak lepas dari peran Baitulmaal yang disuntikkan menjadi program di desa tersebut juga.
Warga yang mulai paham dan tergerak karena manfaat program-program mereka rasakan langsung, menjadikan hati mereka tergerak untuk mendukung seluruh program kebaikan umat ini. Anak2 kecil hingga dewasa, orang tua, kakek nenek tidak asing lagi dengan masjid, satu persatu mereka menjadi cinta dengan Al Quran, bahkan tak sedikit dari mereka hafal Al Quran dengan terjemahnya. Salah satu contoh adalah seorang Kepala Adat desa Mengkiang yang merupakan salah satu penggerak juga, petani matapencahariannya, hafal QS Ar Rahman dengan metode hafal letak posisi ayat dan arti.
Ini menjadi suatu values yang luarbiasa, atas keberhasilan program untuk pedalaman ini. Bahkan bukan hanya itu, kenakalan remaja dan anak semakin menurun karena tingkat kepedulian dan pemahaman tentang yang baik dan buruk, halal dan haram mulai terbentuk. Kesadaran para ibu-ibu untuk saling gotong royong memasak berjamaah pun sangat meningkat, bahagia mereka bisa berjamaah.
Pemerataan ekonomi, ditunjang oleh Baitulmaal yang menyalurkan sembako dan zakat bagi para mustahik di desa tersebut, baik yatimnya, faqir miskin, dhuafa nya. Program itu sangat efektif untuk menjadi magnet bagi para mustahik kembali memakmurkan masjid, kembali berjamaah ke masjid dan bergotong royong dalam setiap kegiatan kebaikan baik itu keagamaan maupun amal soleh.
Alhamdulillah, keistiqomahan ini sudah berjalan kurang lebih 2 tahun, tidak mudah membangun suatu peradaban, namun dari desa ini lah peradaban umat dibangun, dibentuk, diistiqomahkan. Hingga desa Mengkiang ini menjadi percontohan dan diberi nama “Kampoeng Bahagia”. Dari halkecil dan pedalaman, peradaban umat kami sejahterakan dan makmurkan.
Tercetuslah untuk kami terus bergerak, menjadikan desa-desa di Indonesia ini “Desa Bahagia”. Karena dengan iman mereka, tauhid mereka, ekonomi, pendidikan dan segala bentuk kesejahteraan ditanamkan, maka ruh dan hati mereka bahagia bersama Al Quran dan Sunnah. Bukan untuk mengelompokkan namun menghidupkan cinta kasih sayang Al Quran, rahmatan lilalamin untuk seluruh umat masyarakat.
Kesuksesan inilah yang akan diduplikasikan keseluruh Desa di Indonesia, dengan latar belakang yang berbeda, menjadikan program yang diusung akan menjadi lebih beragam dan lebih kuat dengan dasar pondasi Al Quran, Sunnah, kolaborasi, sinergi serta keistiqomahan seluruh lini masyarakat dalam mendukung program Peradaban Ummat yang jangka panjang ini. Segala program dan visi misi ini dihadirkan sebagai bentuk mengundang ridho dan berkahnya dari Allah SWT untuk mengubah keadaan suatu kaum.